BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Standar tenaga
laboratorium sekolah diatur dalam PERMENDIKNAS no. 26 tahun 2008 salah satunya
mengatur tentang dimensi kompetensi menejerial yang mana merencanakan kegiatan
dan pengembangan laboratorium sekolah,mengelola kegiatan laboratorium
sekolah,membagi tugas teknisi dan laboran laboratorium sekolah,memantai sarana
dan prasarana laboratorium sekolah, mengevaluasi kinerja teknisi dan laboran
serta kegiatan laboratoriun sekolah.
Sekolah sebagai lembaga yang
dirancang untuk pengajaran siswa atau murid dibawah pengawasan guru. Sebagian
besar negara memiliki sistem pendidikan formal, yang umumnya wajib. Dalam
sistem ini,siswa kemajuan melalui serangkain sekolah. Nama-nama untuk sekolah
ini bervariasi menurut negara, tetapi umumnya termasuk sekolah dasar untuk
anak-anak muda dan sekolah menengah untuk remaja yang telah menyelesaikan
pendidikan dasar.
Secara terminologi kata sekolah
berasal dari bahasa latin skhole,scola,scolae atau skhola yang berarti memiliki
arti waktu luang atau waktu senggang dimana ketika itu sekolah adalah kegiatan
di waktu luang bagi siswa ditengah kegiatan utama mereka,yaitu bermain dan
menghabiskan waktu menikmati masa anak-anak dan remaja. Kegiatan dalam waktu
luang itu adalah mempelajari cara menghitung,cara membaca huruf dan mengenal
tentang moral (budi pekerti) dan estetika (seni). Untuk mendampingi dalam
kegiatan sekolah anak di dampingi oleh orang ahli dan mengerti tentang
psikologi anak,sehingga memberikan kesempatan yang yang sebesar-besarnya kepada
anak untuk menciptakan sendiri dunianya melalui berbagai pelajaran diatas.
Saat ini sekolah dapat diartikan
bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan
memberikan pelajaran,yang dipimpin oleh seorang kepala sekolah. Kepala sekolah
dibantu oleh wakil kepala sekolah. Jumlah wakil kepala sekolah di setiap
sekolah berbeda tergantung dengan kebutuhannya. Bangunan sekolah disusun
meninggi untuk memanfaatkan tanah yang tersedia dan dapat iisi dengan fasilitas
yang lain. Ketersedian sarana dalam sekolah mempunyai peran penting dalam
terlaksananya proses pendidikan.
Kegiatan belajar mengajar disekolah
akan lebih efektif jika media pembelajaran di sekolah menengah memadai, karena
selain harus menguasai teori-teori umum juga harus memiliki keahlian dalam
praktek sebagai awal untuk melanjutkan sekolah kejenjang lebih tinggi yang
nantinya diinginkan. Oleh karena itu jika tidak didukung dengan fasilitas
laboratorium para siswa tidak dapat menjalankan praktikum dengan baik.
Dalam konteks pendidikan di sekolah
laboratorium mempunyai fungsi sebagai tempat proses pembelajaran dengan metode
praktikum yang dapat memberikan pengalaman belajar pada siswa untuk
berinteraksi dengan alat dan bahan serta mengobservasi berbagai gejala secara
langsung. Kegiatan laboratorium/praktikum akan memberikan peran yang sangat
besar terutama dalam : (1) membangun pemahan konsep,(2) verifikasi (pembuktian)
kebenaran konsep (3) menumbuhkan keterampilan proses (keterampilan dasar
bekerja ilmiah) serta afektif siswa (4) menumbuhkan “rasa suka” dan motivasi
terhadap pelajaran yang dipelajari (5) melatih kemampuan psikomotor, Asep
(2007:2).
Agar kesinambungan daya guna
laboratorium dapat dipertahankan,laboratorium perlu dikelola secara baik,dengan
struktur organisasi yang jelas. Salah satu bagian dari pengelola lab ini adalah
staf atau personal laboratorium. Staf atau personal laboratorium mempunyai
tanggungjawab terhadap efektivitas dan efisiensi laboratoriumtermasuk
fasilitas,alat-alat dan bahan-bahan praktikum. Pada sekolah menengah, biasanya
laboratorium dikelola oleh seorang penanggungjawab laboratorium yang diangkat
dari salah seorang guru IPA (fisika, kimia atau biologi). Pengelola
laboratorium bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah. Selain pengelola laboratorium biasanya
terdapat pula seorang teknisi laboratorium.Tugas teknisi laboratorium membantu
penyiapan bahan-bahan/alat-alat praktikum, pengecekan secara periodik,
pemeliharaan dan penyimpanan alat dan bahan. Agar kinerja pengelola
laboratorium berjalan baik, perlu disusun struktur organisasi laboratorium. Pada
struktur organisasi tersebut, dicantumkan pula para guru mata pelajaran fisika,
kimia dan biologi sebagai penanggung jawab masing-masing alat/bahan Riandi,
(2007: 45-46).
Menurut Hendro, (2009: 10–14) pengelola laboratorium di sekolah umumnya adalah Kepala Sekolah, sebagai penganggung
jawab laboratorium,Wakil Kepala Sekolah, membantu mengawasi pengelolaan laboratorium sekolah secara harian,Koordinator
Laboratorium (salah satu guru), mengatur pelaksanaan harian laboratorium. Guru
tersebut bertanggung jawab atas: (a).
suasana laboratorium yang disiplin dan baik,
(b). pegaturan jadwal dan penggunaan laboratorium, dan (c). terjaganya keamanan dan keselamatan
kerja laboratorium; Penanggung jawab Laboratorium/teknisi laboratorium,
menyiapkan bahan praktikum, reparasi alat laboratorium, pengecekan alat,
pemeliharaan, dan penyiapan alat. Laboran, berutgas sebagai penyiapan dan penyediaan
bahan, layanan alat, serta perawatannya, serta mengerjakan administrasi alat
dan bahan.
Struktur organisasi laboratorium
harus menunjukkan garis kewenangan, ruang lingkup tanggung jawab, uraian kerja
serta hubungan timbal-balik semua personel yang mengelola, melaksanakan atau
memverifikasi pekerjaan yang dapat mempengaruhi mutu pengujian, baik antara
manajemen mutu, pelaksanaan teknis maupun pelayanan penunjang (Hadi, 2000: 48).
Penempatan pesonel dalam organisasi laboratorium harus disesuaikan dengan
kualifikasi dan pengalaman yang tepat.
Organisasi laboratorium adalah
pelaksanaan dalam pengadministrasian, perawatan, pengamanan, serta
perencanaan untuk pengembangan secara
efektif dan efisien Asep, (2007: 3).
Alat dan bahan yang digunakan harus tersedia
oleh sekolah untuk menunjang kegiatan praktikum di sekolah, dengan tersedianya
alat dan bahan serta fasilitas lain yang menunjang tentunya akan berpengaruh
untuk mengembangkan kreativitas siswa karena sangat kurang maksimalnya dalam
memahami materi yang disampaikan guru jika keadaan sekolah belum menunjang
fasilitas laboratorium. Guru akan sulit untuk memberikan bimbingan karena tidak
disertai dengan praktik langsung dengan benda yang dijadikan bahan ajar. Maka
dari itu pemerintah perlu memperhatikan keadaan yang seperti ini karena di
Indonesia masih banyak sekolah yang gurunya hanya bercerita di depan kelas
tanpa adanya fasilitas untuk mempraktikkan materi yang seharusnya dipraktikkan
langsung oleh siswa.
Selain dapat meningkatkan kreativitas
siswa untuk memiliki keahlian-keahlian,adanya laboratorium disekolah juga akan
menumbuhkan rasa ingin tahu bagi siswa dan menumbuhkan motivasi belajar yang
sangat tinggi. Karena dengan adanya alat dan bahan praktek yang menunjang di
laboratorium sekolah siswa akan merasa terlatih dan akan terinspirasi untuk
membuat penemuan-penemuan baru. Lain hanya dengan sekoalah yang belum memiliki
fasilitas-fasilitas praktikum yang menunjang, siswa pasif dlam belajar karena
tidak mengenal sumber belajar yang konkrit jika hanya mendengar cerita atau
hanya melihat gambar yang diperlihatkan oleh guru.
Siswa yang lebih aktif dalam
kegiatan belajar mengajar cenderung lebih aktif berpendapat,mengajukan
pertanyaan atau menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Siswa yang lebih
aktif ini cenderung memiliki pencapaian kompetensi biologi yang lebih
tinggi.Sedangkan siswa yang kurang aktif cenderung secara pasif hanya menerima
pengetahuan yang datang kepadanya dan cenderung memiliki pencapain kompetensi
biologi yang lebih rendah.
Pada kegiatan praktikum siswa yang
aktif akan mampu melakukan percobaan atau pengamatan dengan baik dan tepat
waktu. Siswa yang pertisipasinya kurang hanya akan berdiam diri tanpa tahu apa
yang harus dikerjakan atau bahkan mereka hanya akan membuat kegaduhan saat
kegiatan praktikum sedang berlangsung.
Keterbatasan alat-alat praktikum
laboratorium yang dimiliki sekolah mengakibatkan kurang efektifnya pembelajaran
yang berlangsung didalam kelas sebab ketersedian alat-alat praktikum dapat
digunakan untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa. Contohnya saja hal
sederhana seperti yang terjadi saat ini, banyak siswa yang kurang memahami
bagaimana cara mengukur dan bagaiman pengukuran itu dilakukan. Padahal
pengkuran merupakan kegiatan ilmiah yang sering kita praktikan dalam kehidupan
sehari-hari.
Hal ini tidak hanya disebabkan
karena keterbatasan alat, tetapi juga terjadi kerena keterbatasan kemampuan
guru dalam mengekspolarasi bahan ajar yang dibutuhkan. Peran aktif guru dalam
mengeksplorasi ketersedian alat-alat ukur dinilsi masih minim. Sebab masih
banyak cara pikir guru belum menjurus pada pembelajaran kontekstual. Sehingga
mereka berpikir bahwa alat ukur tersebut dinialai kuarang penting bagi siswa
dan tidak banyak ditemui di kehidupan sehari-hari yang akhirnua materai hanya
disampaikan sekadarnya saja.
Tentunya saja hal ini bertolak
belakang dengan kondisi yang seharusnya terjadi di sekolah dimana siswa harus
mendapatkan sistem pembelajaran yang efektif dari guru,sehingga pemahaman
konsep siswa dapat meningkat. Keterbatasan tersebut tidak menutup kemungkinan
seorang guru berinovasi dengan kreativitas dan kemampuan teknologi yang
dimilikinya sehingga eksporasi materi yang dilakukan guru dapat mencapai pembelajaran
yang efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa. Bahkan media yang diciptakan
oleh guru dapat menampilkan fenomena fisika misal yang diinginkan dan dapat
disesuaikan dengan kondisi siswa dan kemauan guru itu sendiri tanpa harus
mendampingi siswa dalam belajar. Sehingga diharapkan tercapainya hasil belajar
dan kemampuan siswa secara optimal.
Dalam proses belajar mengajar, hal
yang paling berperan adalah cara guru mengajar atau menyampaikan pelajaran yang
bertujuan untuk menarik perhatian siswa. Dalam hal ini metode yang sesuai
dengan materai yang disampaikan dan juga alat peraga yang digunakan akan
mempermudah siswa untuk memahami materi. Metode yang akan digunakan dapat
memberikan kesan agar siswa lebih menyenangi pelajaran tertentu.
Kesulitan maupun kegagalan yang
dialami siswa tidak hanya bersumber dari kemampuan siswa yang kurang tetapi ada
faktor lain yang turut menentukan keberhasilan siswa dalam belajar yaitu faktor
dari luar diri siswa salah satunya adalah kurangnya perhatiana siswa saat guru menerangkan,
metode yang digunakan guru juga kurang menarik. Metode pembelajaran yang kurang
efektif dan efisien,menyebabkan tidak seimbangnya kemampuan kognitif,afektif
dan psikomotorik, misalnya pembelajaran yang monoton dari waktu ke waktu, guru
yang bersifat otoriter dan kurang bersahabat dengan siswa sehingga siswa merasa
bosan dan kurang minat belajar. Untuk mengatasi hal tersebut maka guru sebagai
tenaga pengajar dan pendidik harus selalu meningkatkan kualitas profesionalisme
yaitu dengan cara memberikan kesempatan belajar kepada siswa dengan melibatkan
siswa secara selektif dalam proses belajar mengajar.
Kualitas tenaga pengajar merupakan
salah satu faktor penentu tinggi rendahnya kualitas hasil pendidikan. Posisi
strategi guru untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh
kemampuan profesional,faktor kesejahteranya,disiplin kerja,motivasi kerja serta
fasilitas dari sekolah itu sendiri.
Kemampuan profesional kepala sekolah
sebagai pemimpin pendidikan yaitu bertanggung jawab dalam menciptakan suatu
situasi belajar mengajar yang kondusif,sehingga guru-guru dapat melaksanakan
pembelajaran dengan baik dan peseta didik dapat belajar dengan tenang. Kepala
sekolah dituntut untuk dapat bekerja sama dengan bawahannya dalam hai ini guru.
Kepemimpinan kepala sekolah dapat dilihat dari kemampuan mengkoordinasikan dan
menggerakkan segala sumber (guru,staff,karyawan dan tenaga kependidik) yang ada
dalam suatu lembaga sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kendala yang sering dihadapi untuk
pengadaan fasilitas praktikum di SMA Negeri 1 Ngadirojo dalam memenuhi
kebutuhan pengadaan suatu fasilitas sekolah antara lain penyesuaian alat-alat
maupun bahan,penyesuaian alat-alat dan bahan dengan jumlah siswa,sisteam
penggandaan alat dan bahan dan juga tingkat kemampuan,kepedulian guru dalam
mengelola fasilitas tersebut.
Berdasarkan latar belakang
tersebut,maka dilakukan penelitian terkait dengan meng optimalkan sarana
laboratorium serta memaksimalkan keberadaanya laboratorium tersebut baik untuk
pelajaran,biologi,kimia ataupun fisika dengan judul “Menejeman sarana dan
prasarana laboratorium di SMA Negeri 1 Ngadirojo”.
1.2. Rumusan masalah
a. Mengapa laboratorium
di SMA Negeri 1 Ngadirojo Pacitan kurang optimal dalam menunjang proses
kegiatan belajar mengajar ?
1.3.Tujuan penelitian
a. Mendorong
motivasi siswa untuk belajar
b. Siswa dapat
mempraktekan materi yang telah dipejarinya langsung sehingga dapat lebih paham
dan juga mengerti
c. Guru lebih
mudah menyampaikan materi serta dapat membimbing langsung praktek
d. Membantu
mengembangkan kreativitas siswa dengan adanya fasilitas belajar yang menunjang
di SMA Negeri 1 Ngadirojo Pacitan.
1.4.Manfaat Penelitian
a. Dengan
fasilitas yang menunjang proses belajar mengajar akan lebih mudah dan jelas.
b. Siswa dapat
memiliki pandangann untuk dunia kuliah sesuai jurusan yang nantinya mereka
ambil.
c. Siswa dapat
menemukan penemuan-penemuan baru melalui praktek yang dilaksanakannya ketika
berada dilaboratorium sekolah.
BAB: II
TINJUAN
PUSTAKA
II.1. Manajemen pendidikan
Pendidikan
tidak dapat dipisahkan dari manajemen. Hal ini terlihat dari bagaimana
pendidikan didefinisikan,pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan,pengendaliaan diri,kepribadian,kecerdasan,akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat,bangsa dan negara (UU No.2 Tahun
2003). Dalam definisi tersebut,pendidikan mengandung makna sebuah usaha sadar
dan terencana. Dengan kata lain dari defenisi pendidikan itu sendiri sudah
terkandung fungsi atau kaidah manajemen.
Menurut
Muljani A. Nurhadi, manajemen adalah suatu kegiatan atau rangkain kegiatan yang
berupa proses pengelolaan usaha kerja sama sekelompok manusia yang tergabung
dalam organisasi pendidikan,untuk mencapai tujuan pendidikanyang telah
ditetapkan sebelumnya,agar efektif dan efesien (Arikunto dan Lia,2009:3).
Jika
diapalikasikan pada menajemen penyelenggaraan pendidikan sekolah,pengertian
manajemen adalah usaha pimpinan sekolah untuk memperolah hasil dalam mencapai
tujuan program sekolah melalui usaha orang lain,dengan proses dan
prosedur,perangsang,pengorganisasian,pengarahan dan pembinaan pada pelaksanaan
dengan memanfaatkan material dan fasilitas (Rukmana dan Yati, 2001:37).
Empat
fungsi manajeman yang menjadi fungsi pokok, yaitu perencanaan
(planing),pengorganisasian (organizing),pengarahan (directing/actuating) dan
pengawasan (controlling) :
1. Perencanaan
Merupakan
proses memutuskan kegiatan apa, bagaimana melaksanakannya,kapan dan oleh siapa.
Perencanaan perlu dilakukan untuk menghindari kesalahan dalam melakukan
tindakan sehingga menyebabkan kerugian organisasi. Menurut T. Hani Handoko
(2011:8),perencanaan memiliki banyak manfaat. Sebagai contoh,perencanaan (1)
membantu menjemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
lingkungan; (2) membantu dalam kristalisasi persesuain pada masalah-masalah
utama; (3) memungkinkan manajer (kepala sekolah) memahami keseluruhan gambaran
operasional lebih jelas; (4) membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat;
(5)memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi; (6) memudahkan dalam
melakukan koordinasi di antara berbagai bagian organisasi; (7) membuat tujuan
lebih khusus,terperinci dan lebih mudah dipahami; (8) meminimalkan pekerjaan
yang tidak pasti; (9) menghemat waktu,usaha dan dana.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian
merupakan proses penyusunan struktur oraganisasi yang sesuai dengan tujuan
organisasi,sumber-sumber daya yang dimilikinya dan lingkungan yang
melingkupinya. Dua aspek utama proses penyusunan struktur organisasi adalah
departementalisasi dan pembagian kerja.
3. Pengarahan
Pengarahan
merupakan usaha-usaha untuk menggerakkan bawahan agar melaksanakan tugasnya dengan
baik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapakan. Dalam pengarahan,manajer
melakukan motivasi,komunikasi dan menjalankan kepemimpinanannya. Motivasi
pegawai perlu ditingkatkanagar mereka dapat melakukan pekerjaanya secara
sukarela.
4. Pengawasan
Pengawasan
adalah kegiatan untuk menjamin kegiatan-kegiatan atau program-program telah
berjalan sesuaia dengan perencanaan untuk mencapai tujuan. Pengawasan sangat
diperlukan oleh setiap organisasi agar organisasi berjalan sesuai dengan apa
yang dikehendaki. Organisasi harus senantiasa menjaga keseimbangannya antara
pengawas dan kebebasan. Hal ini perlu diperhatikan karena pengawasan yang
terlalu ketat dapat mengancam kreativitas dan otonomi pegawai.
Manajemen pendidikan terdiri dari berbagai yaitu
manajemen kurikulum,manajemen personalia,manajemen kesiswaam,manajemen sarana
dan prasarana,manajemen keuangan dan manajemen hubungan masyarakat.
1. Manajemen
kurikulum,
menurut UU
no.20 tahun 2003 tentang sisdiknas,kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan menganai tujuan,isi dan bahan pelajaran yang digunakan sebagai
pedoman.
2. Manajemen
personalia,
Manajemen
personalia adalah segenap proses penataan yang bersangkut paut dengan masalah
memperoleh dan menggunakan tenaga kerja untuk dan di sekolah efisien demi tercapainya
tujuan sekolah yang telah ditentukan.
3. Manajemen
kesiswaan
Manajemen
kesiswaan adalah segala kegiatan yang berkaitan dengan kesiswaan, yaitu mulai
dari masuknya siswa sampaikeluarnya dari lembaga
4. Manajemen
sarana dan prasarana
Manajemen sarana
dan prasarana adalah segenap proses pengadaan dan pendayagunaan sarana dan
prasarana agar mendukung tercapainya tujuan pendidikan secara tepat guna dan
tepat sasaran.
5. Manajemen
keuangan
Manajemen
keuangan adalah segenap proses perencanaan alokasi dana dengan penuh
perhitungan dan pengawasan penggunaan dana baik untuk keperluan operasional
maupun keperluan investasi disertai bukti-bukti fisik.
6. Manajemen
hubungan masyarakat
Manajemn hubungan masyarakat adalah
segenap proses komunikasi antara sekolah dengan masyarakat untuk menarik
simpati masyrakat agar mendukung proses pendidikan disekolah.
II.2. Menejeman Sarana dan Prasarana Pendidikan
Sarana
pendidikan adalah semua perangkat peralatan,bahan dan perabot yang secara
lansung digunakan dalam proses pendidikan disekolah,sedangkan prasarana
pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung
menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah menurut Depdiknas (2008:37).
Dengan
begitu, manajemen sarana dan prasarana pendidikan dapat diartikan sebagai
segenapa proses pengadaan dan pendayagunaan komponen-komponen yang secara
langsung maupun tidak langsung menunjang proses pendidikan untuk mencapai
tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
II.3. Pengadaan Sarana dan Prasarana
Pengadaan
merupakan serangkaian kegiatan menyediakan berbagai jenis sarana dan prasarana
pendidikan sesuaidengan kebutuhan untuk mencapai tujuan pendidikan. Kebutuhan
sarana dan prasarana dapat berkaitan dengan jenis dan
spesifikasi,jumlah,waktu,tempat dan harga serta sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan. Pengadaan dilakukan sebagai bentuk realisasi atas
perencanaan yang telah dilakukan sebelumnya. Tujuannya untuk menunjang proses
pendidikan agar berjalan efektif dan efisien sesuai tujuan yang diinginkan.
Ada
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk kegiatan pengadaan sarana dan
prasarana pendidikan. Beberapa cara yang dimaksud sebagai berikut :
1.
Pembelian
Pembelian adalah pemenuhan kebutuhan sarana dan
prasarana pendidikan dengan cara sekolah menyerahkan sejumlah uang kepada
penjual untuk memperoleh sarana dan prasarana sesuai dengan kesepakatan
kedua belah pihak.
2.
Produksi sendiri
Produksi
sendiri merupakan cara pemenuhan kebutuhan sekolah melaluipembuatan sendiri
baik oleh guru,siswa ataupun karyawan.
3.
Penerimaan hibah
Peneriman hibah merupakan cara pemenuhan kebutuhan
sarana dan prasarana pendidikan dengan jalan menerima pemberian sukarela dari
pihak lain.
4.
Penyewaan
Penyewaan adalah cara pemenuhan kebutuhan sarana dan
prasarana pendidikan dengan jalan memanfaatkan sementara barang milik pihak
lain untuk kepentingan sekolah dan sekolah membayar berdasarkan perjanjian
sewa-menyewa
5.
Peminjaman
Peminjaman adalah cara pemenuhan kebutuhan sarana dan
prasarana pendidikan dengan jalan memanfaatkan barang pihak lain untuk
kepentingan sekolah secara sukarela sesuai dengan perjanjian pinjam-meminjam.
6.
Pendaurulangan
Pendaurulangan adalah cara pemenuhan kebutuhan sarana
dan prasarana pendidikan dengan jalan memanfaatkan barang bekas agar dapat
digunakan untuk kepentingan sekolah.
7.
Penukaran
Penukaran adalah cara pemenuhan kebutuhan sarana dan
prasarana pendidikan dengan jalan menukarkan barang yang dimiliki sekolah
dengan barang yang dimiliki oleh pihak lain.
8.
Rekondisi atau Rehabilitasi
Rekondisi adalah perbaikan cara pemenuhan kebutuhan
sarana dan prasarana pendidikan yang telah mengalami kerusakan.
Dalam
pengadaan sarana dan prasarana harus mengacu pada Permendiknas Nomor 24 Tahun
2007 Tentang Standar Sarana dan Prasaran.
II.4. Pengelola Laboratorium
Laboratorium
merupakan tempat untuk melaksanakan pembelajaran secara praktik yang memerlikan
peralatan khusus. Laboratorium berfungsi sebagai tempat untuk memecahkan
masalah,mendalami suatu fakta,melatih kemampuan,ketrampilan ilmiah dan
mengembangkan sikap ilmiah. Laboratorium dapat bermacam-macam jenisnya. Di
Sekolah Menengah Atas dikenal ada laboratorium fisika,laboratorium
kimia,laboratorium biologi,laboratorium bahasa dan laboratorium komputer
Pengelola
laboratorium terdiri atas koordinator laboratorium kepala laboratorium,teknisi
laboratorium dan laboran. Koordinator laboratorium (korlab) bertanggung jawab
mengoordinasikan seluruh laboratorium yang ada di sekolah. Jabatan korlab dapat
dipegang oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana. Korlab membawahi
para kepala laboratorium yang ada di sekolah. Kepala laboratorium (Kalab)
bertanggung jawab untuk mengoordinasikan dan mengatur penggunaan salah satu
laboratorium untuk mendukung proses pembelajaran. Kalab membawahi dua bagian
yaitu teknisi dan laboran.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
III.1. Tempat penelitian dan subjek penelitian
Tempat di SMA Negeri 1 Ngadirojo
Pacitan khususnya laboratorium kimia,fisika dan biologi dengan subjek dalam
penelitian ini adalah Kepala sekolah, Wakil kepala sekolah sarana dan
prasarana, Kepala laboratorium fisika,kimia dan biologi, laboran dan guru
fisika,kimia dan biologi.
III.2. Jenis penelitian
Jenis
penelitian ini merupakan penelitian kualitatif atau naturalistik karena
mencakup penggunaan subjek yang dikaji dengan kumpulan data empiris. Penelitian
naturalistik, digunakan untuk meneliti pada situasi lapangan yang bersifat
natural,alamiah,wajar dan tidak ada tindakan manipulasi,pengaturan ataupun
eksperimen (Harsono, 2008:155)
III.3. Desain penelitian
Desain
penelitian yang digunakan adalah pendekatan etnografi yaitu mencakup ragam
budaya,tradisi dan kebiasaan suatu anggota masyarakat atau komunitas tertentu. Pendekatan
etnografi adalah upaya untuk memperhatikan makna-makna tindakan dari kejadian
yang menimpa orang yang kita pahami Spredley, (2007: 5).
II.4.
Pengumpulan data penelitian
Metode
pengumpulan data dilakukan dengan cara :
1. Observasi
Observasi yaitu
pengamatan dan pencatatan yang dilakukan secara sistematis terhadap objek
penelitian
2. Dokumentasi
Dokumentasi
adalag carauntuk memperoleh sebagian data dan bukti bahwa penulis melakukan
penelitian
3. Studi
Pustaka
Penelitian
perpustakaan dilakukan untuk memperoleh buku-buku sebagai sumber pedoman dalam
penelitian dan sebagai penunjang dalam pembahasan masalah. Sedangkan hal-hal
yang dilakukan adalah telaah pustaka dan pendalaman buku-buku yang tentang
bahasa.
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1. Struktur organisasi laboratorium
Pengorganisasian
laboratorium IPA melibatkan guru fisika,kimia dan biologi. Semua guru IPA di
SMA Negeri 1 Ngadirojo Pacitan ada delapan orang yang terdiri dari tiga guru
biologi,dua guru kimia dan tiga guru fisika diman salah satunya dari guru IPA
diangkat sebagai kepala laboratorium oleh kepala sekolah.
Terdapat
SK (surat keputusan) dari kepala sekolah yang menyebutkan adanya pengelola
laboratorium IPA. Uraian tugas pokok dari masing-masing tertulis jelas di dalam
SK. SK dibuta setiapa satu semester sekali. SK yang terbari dibuat tanggal 1Januari
2015.
Wakil
kepala sekolah urusan kurikulum tidak terlibat langsung dalam pengorganisasian
laboratorium IPA. Wakil Kepala Sekolah kurikulum ini hanya membantu membuatkan SK
dari kepala sekolah. sementara wakil kepala sekolah urusan sarana dan prasarana
juga hanya menerima laporan kekurangan alat dan bahan kebutuhan laboratorium,
selebihnya masalah administrasi dikelola oleh kepala laboratorium IPA
masing-masing dan laboran tentunya.
Dalam
SK tertulis jelas bahwa,kepala sekolah bertugas sebagai penanggung jawab.
Kepala laboratorium IPA adalah seorang guru IPA yang diberi tugas tambahan
sebagai kepala laboratoritorium.
Laboran dengan berlatar belakang
dari lulusan S1 kedokteran hewa yang diberi tugas sebagai laboran dari laboratorium
biologi, fisika dan kimia. Hal ini menyebabkan seorang laboran harus
mengerjakan semua administrasi dari tiga laboratorium. Laboran ini pernah
mengikuti pelatihan uji kompetensi laboran satu kali, dan memiliki pengalaman
sebagai laboran selama empat tahun.
Papan struktur organisasi
laboratorium IPA secara tertulis tidak terpasang didalam laboratorium maupun di
ruangan/tempat lain. Struktur organisasi
laboratorium biologi terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah urusan
kurikulum, wakil kepala sekolah urusan sarana dan prasarana, kepala
laboratorium, guru biologi,guru fisika,guru kimia dan laboran. Yang terpasang adalah struktur
organisasi sekolah di laboratorium fisika dikarena laboratorium fisika
digunakan sebagai ruang kepala sekoalah,wakil kepala sekolah dan ruang tata
usaha selama satu semester
Gambar 1. Struktur Organisasi sekolah didalam
laboratorium fisika
Gambar 2. Laboratorium dialihkan
fungsi sebagai ruang TU
Penelitian MW Tibbets, dkk.
(2006) mengkaji tentang Total Quality Manajemen (TQM) di dalam sebuah laboratorium klinik,
dimana kualitas dari sebuah laboratorium dipengaruhi oleh keterlibatan semua
staf laboratorium dan menejem terpadu.
Administrasi laboratorium IPA di SMA
Negeri 1 Ngadirojo pacitan dikerjakan oleh laboran berdasarkan mengetahuan yang
dimiliki baik dari membaca buku ataupun dari internet karena untuk pelatihan
workshop baru satu kali kemarin di BP-Paudni gebang keputih Surabaya selama
bertugas sebagai laboran SMA N 1 Ngadirojo kurang lebih empat tahun. Administrasi
laboratorium IPA meliputi buku penggunaan laboratorium biologi,fisika dan kimia,
daftar inventaris alat laboratorium biologi,fisika.biologi
Gambar 3.
Salah satu buku intentaris laboratorium IPA
Setiap enam
bulan sekali laboran merekap alat dan bahan yang habis pakai untuk nantinya
diajukan kepada wakil kepala sekolah bagian sarana dan prasarana.Kepala
laboratorium IPA biologi,fisika dan kimia yang dibantu oleh laboran membuat
rencana pengadaan alat dan bahan laboratorium. Setiap guru yang ingin
mengadakan kegiatan praktikum di laboratorium biologi harus mengajukan
kebutuhan alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum nantinya, sehingga
saat kegiatan praktikum laboran dapat menyiapkan alat dan bahan yang
dibutuhkan. Setelah kegiatan praktikum laboran mengecek apakan ada alat atau
bahan yang habis di pakai, karena sebagian besar alat dan bahan di laboratorium
IPA biologi,kimiawi dan fisika ini bersifat habis pakai. Alat atau bahan yang
telah habis dipakai ini nantinya akan dicatat dan kemudian dimasukkan kedalam
daftar rencana pengadaan alat dan bahan laboratorium, sehingga untuk kegiatan
praktikum selanjutnya alat dan bahan
tersebut tersedia.
Gambar 4.
Contoh laporan permintanaan sarana laboratorium
Penelitian yang dilakukan oleh Jascha Silbermann (2010), menyatukan orang
dan informasi di lab dan sentuhan pada manajemen kualitas bidang,mmengubah
manajemen, manajemen konten dan manajemen pengetahuan. Dengan menggunakan hardwere
atau perangkat lunak di laboratorium untuk mempercepat pekerjaan, dan
kualitas pekerjaan meningkat.
Laboratorium biologi di SMA Negeri 1
Ngadirojo Pacitan tidak memiliki tenaga teknisi, tetapi semua kegiatan
laboratorium IPAtidak mengalami masalah serius, karena semua pekerjaan yang
seharusnya dikerjakan oleh teknisi di kerjakan oleh laboran. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Dickey, J. L. (2000). Penelitian ini menggunakan metode
workshop participants, ia menegaskan bahwa seorang instruktur laboratorium,
baik laboran maupun asisten memiliki peran yang penting dalam pelaksanaan
kegiatan di laboratorium.
VI.2. Struktur Fungsi Laboratorium IPA di SMA Negeri 1
Ngadirojo Pacitan
SK yang dibuat tertulis jelas
masing-masing tugas yang diberikan kepada pengelola beserta pembagian tugas
dari masing-masing pengelola. Salah satu tugas kepala laboratorium adalah
membantu kepala sekolah alam menyiapkan administrasi laboratorium IPA, namun
tugas tersebut dibebankan kepada laboran.
Di dalam SK tersebut seorang kepala
laboratorium memiliki tugas sebagai berikut: (1) membantu kepala sekolah untuk
membuat program semesteran penggunaan laboratorium IPA; (2) membantu kepala sekolah
untuk membuat agenda/jurnal kegiatan laboratorium biologi; (3) membantu kepala
sekolah dalam merencanakan kebutuhan alat dan bahan laboratorium IPA; (4)
membantu kepala sekolah dalam menyiapkan administrasi laboratorium IPA; (5)
membantu kepala sekolah dalam mengatur penggunaan laboratorium IPA; (6)
membantu kepala sekolah mengatur kerapihan alat dan bahan dalam laboratorium IPA;
(7) membantu kepala sekolah dalam menjaga kebersihan laboratorium IPA; dan (8)
membantu kepala sekolah dalam membuat laporan laboratorium IPA.
Setiap pengelola memiliki tugas dan
fungsinya masing-masing. Semua administrasi laboratorium biologi dikerjakan
oleh laboran misalnya. Laboran ini tidak hanya mengerjakan administrasi
laboratorium biologi saja, melainkan mengerjakan administrasi laboratorium
fisika dan kimia juga. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh MW Tibbets,
dkk. (2006), yaitu, penelitian ini
mengkaji tentang Total Quality Manajemen (TQM) di dalam sebuah laboratorium
klinik, dimana kualitas dari sebuah laboratorium dipengaruhi oleh keterlibatan
semua staf laboratorium dan manajemen yang terpadu.
Di dalam SK tertulis jelas kalau
administrasi laboratorium yang mengerjakan seharusnya kepala
laboratorium.Tugas seorang laboran
meliputi: (1) membantu kepala laboratorium dalam merencanakan pengadaan alat
dan bahan laboratorium; (2) membantu kepala laboratorium dalam menyusun jadwal
dan tata tertib penggunaan laboratorium; (3) membantu kepala laboratorium dalam
mengatur penyimpanan alat sesuai daftar; (4) membantu kepala laboratorium dalam
memelihara dan memperbaiki alat-alat laboratorium; (5) membantu kepala
laboratorium dalam menginventarisir dan pengadministrasian pinjaman alat-alat
laboratorium; (6) membantu kepala laboratorium dalam menjaga kebersihan
laboratorium; dan (7) membantu kepala laboratorium dalam menyusun laporan
pelaksanaan laboratorium.
Para pengelola telah melaksanakan
tugasnya dengan baik, walaupun masih ada beberapa yang membutuhkan bantuan
untuk menyelesaikan tugasnya.Setiap satu semester kepala laboratorium membuat
program semester. Program semester tersebut meliputi: rencana kegiatan
praktikum, jadwal kegiatan praktikum, menyusun rencana pengembangan
laboratorium, dan program kerja laboratorium. Program semester tersebut
diharapkan dapat memudahkan pengelola dalam melaksanakan tugasnya, dan lebih
terstruktur.
Rencana pengembangan laboratorium IPA
dilakukan secara bertahap, terdiri dari menganalisis kondisi laboratorium,
analisis situasi dan perumusan
strategi, pemilihan strategi dan usulan kegiatan, serta penyusunan program
pengembangan. Kegiatan rencana pengembangan laboratorium tersebut dibuat sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi sekolah.
Evaluasi diri yang dilakukan, mulai
dari melakukan pengumpulan serta pemroses data dan informasi laboratorium serta
yang berpengaruh secara langsung ataupun tidak langsung terhadap pemenuhan
standar kurikulum atau rencana pengembangan sekolah atau kompetensi yang
ditetapkan. Data yang dikumpulkan bisa berasal dari laboratorium misalnya data
untuk komponen ketenagaan, sarana dan prasarana praktikum, dan data dari
pengguna laboratorium seperti guru dan murid misalnya proses pelaksanaan
praktikum. Data tersebut ditelaah untuk mengetahui kondisinya dan kesesuaiannya
dengan pemenuhan standar.
Seletah evaluasi diri dilakukan,
kemudian diolah dan dianalisis, setelah itu baru bisa diusulkan dengan
mempertimbangkan berbagai aspek seperti prioritas keperluan serta kesesuaian
dengan visi/misi sekolah, ketersediaan dana, waktu dan daya dukung
laboratorium/sekolah.
Laboratorium biologi di SMA Negeri 1
Nagdirojo tidak memiliki tenaga teknisi laboratorium, namun hanya memiliki satu
laboran. Laboran tersebut selain menjadi laboran untuk laboratorium biologi
juga menjadi laboran dari laboratorium fisika dan laboratorium kimia. Guru
tidak mengalami kesulitan alaupun di laboratorium biologi tidak ada teknisi
laboratoriumnya.
Sehari sebelum mengadakan kegiatan
praktikum, guru memberikan daftar kebutuhan alat dan bahan yang akan digunakan
saat praktikum. Saat kegiatan praktikum,
laboran tidak mendampingi guru. Laboran
hanya menyiapkan kebutuhan guru, dan membereskan peralatan yang telah selesai
digunakan. Berbeda dengan hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Jascha Silbermann (2010), dalam
penelitian ini menyatukan orang dan informasi di lab dan sentuhan
pada manajemen kualitas bidang, mengubah manajemen,
manajemen konten dan manajemen pengetahuan. Dengan menggunakan hardwere atau
perangkat lunak di laboratorium untuk mempercepat pekerjaan, dan kualitas
pekerjaan meningkat.
Sementara penelitian yang
dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ngadirojo ini, seluruh aktifitas pengelola masih
dilakukan secara manual. Selain digunakan untuk kegiatan praktikum IPA,
terdapat pula berbagai macam hasil karya siswa yang di letakkan di atas almari bagian
belakang ruang kegiatan laboratorium biologi dan sebagian diletakkan di dalam
ruang penyimpanan alat laboratorium biologi.
VI.3.Karakteristik Aktivitas Laboratorium IPA di SMA Negeri
1 Ngadirojo Pacitan
Laboran membatu kelapa laboratorium untuk membuat
administrasi laboratorium. Laporan kebutuhan alat dan bahan diajukan setiap enam
bulan sekali. Alur pengajuan kebutuhan alat dan bahan mulai dari guru
mengajukan kebutuhannya kepada laboran, laboran melaporkan kepada kepala laboratorium kemudian kepada wakil kepala
sekolah bagian sarana dan prasarana kemudian kepada bendahara, bila kepala
sekolah menyetujui maka alat dan bahan tersebut siap untuk dibeli.
Ada tiga bagian aktivitas
laboratorium IPA yakni persiapan, pelaksanaan dan pemantauan, dan evaluasi
serta pelaporan kegiatan laboratorium. Aktivitas persiapan meliputi koordinasi
dengan guru IPA, penyusunan jadwal, teknis perhitungan perbedaan jumlah antara
alat dan bahan yang tersedia, dan persiapan administrasi laboratorium.
Aktivitas pelaksanaan dan pemantauan meliputi kegiatan mulai dari persiapan dan
selama masa praktikum berlangsung dalam satu semester harus dipantau secara
peroidik dan tak terduga untuk memastikan bahwa pelaksanaan praktikum sesuai
dengan rencana dan mencarikan pemecahan masalah jika ditemui dalam pelaksanaan
tersebut. Dan yang terakhir evaluasi serta pelaporan kegiatan, hasil evaluasi
dibahas bersama dengan guru pembimbing praktikum, teknisi, dan laboran kemudian
dilaporkan kepada kepada atasan.
Penelitian yang dilakukan oleh Hofstein Avi (2004), peneliti meneliti
pekerjaan laboratorium. Pelitian ini difokuskan pada berbagai masalah
laboratorium sebagai lingkungan belajar yang unik. Penelitian ini terutama
dilakukan di Departemen Ilmu Pengajaran,
Weizmann Institute of Science, dalam konteks kimia pengembangan
kurikulum, implementasi dan evaluasi. Tinjauan dari studi penelitiannya dan
publikasi terkait diselenggarakan di bawah isu-isu utama sebagai berikut: (1)
Laboratorium kimia: Sebuah modus unik pembelajaran, pengajaran, dan penilaian.
(2). Menilai kinerja siswa dan prestasi menggunakan modus yang berbeda dari
presentasi di laboratorium kimia. (3) Sikap dan minat
siswa dalam pekerjaan laboratorium kimia di sekolah.
(4) persepsi siswa terhadap laboratorium sebagai kelas lingkungan belajar.
Dalam penelitian ini penulis menempatankan laboratorium di dalam ruang kelas,
hal ini di harapkan untuk mempengaruhi guru agar dapat meningkatkan pemahaman
terhadap mereka tentang bagaimana ilmu pengetahuan terbaik diajarkan, selain
itu miminimalkan waktu yang terbuang untuk mempersiapkan siswa serta alat dan
bahan yang dibutuhkan.
Semua alat dan bahan yang ada di
laboratorium IPA ini di beri lebel, yang meliputi, nama, jenis, bahan, kode, tanggal pembelian. Selain
itu penempatan bahan di pisahkan antara yang berbahaya dan yang tidak
berbahaya. Sedangkan untuk peralatan praktikum di pisahkan sesuai dengan
jenisnya.Sebelum dan sesudah digunakan, alat praktikum selalu diperiksa catatan
pemeliharaan alat, namun pada dasarnya
pemeliharaan rutin mencakup pembersihan, dan keamanan penggunaan, seperti
kemungkinan adanya kebocoran arus listrik, dan selain itu perlu memeriksa
apakan alat berfungsi atau tidak. Setelah kegiatan praktikum selesai, laboran
memeriksa atau m engecek alat dan bahan yang telah digunakan melalui daftar
inventaris alat dan daftar inventaris bahan. Alat dan bahan yang telah
digunakan, biasanya ada yang mengalami penyusutan. Alat dan bahan yang
mengalami penyusutan tersebut merupakan alat dan bahan yang habis pakai, alat dan bahan yang habis
pakai di catat dalam form daftar usulan alat dan form daftar usulan bahan.
Aktifitas pengelola dalam memantau
keadaan laboratorium yaitu pemantauan kondisi dan keamanan bangunan meliputi
keadaan fisik bangunan dan kondisi
ruangan, jaringan listrik, jaringan air, dan jaringan gas, serta alat pemadam
kebakaran. Keadaan fisik bangunan seperti atap, ventilasi, jendela dan pintu darurat
laboratorium perlu diperiksa fungsinya karena kondisi fisik tersebut secara
langsung mempengaruhi langsung kondisi
ruangan seperti kelembaban, temperatur, dan penyinaran. Ketersediaan air dalam
laboratorium misalanya sangat penting dalam menunjang kelancaran praktikum.
Walaupun demikian di SMA Negeri 1 Ngadirojo Pacitan kran laboratorium sering
macet sehingga menggaggu proses praktikum belum lagi laboratorium yang dalihkan
fungsi sebagai ruang BK,ruang TU dan ruang Guru selama semester ini jadi
praktikum semester ini kuarang maksimal dalam penyampaiannya.
Gambar 5. Salah satu kran yang macet
karena lab dialihkan fungsi
Gambar 6.
Lab biologi sebagai ruang BK
Setiap akhir semester selalu
dilakukan evaluasi, yang meliputi melihatkinerja laboratorium apakah sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya pencapaian tujuan kegiatan
laboratorium, dan melihat pencapaian kinerja program laboratorium untuk melihat
keberhasilan program yang dilaksanakan.
BAB: V
PENUTUP
V.1.Kesimpulan
Organisasi laboratorium biologi di
SMA Negeri 1 Pacitan tidak sesuai dengan kebutuhan laboratorium IPA. Kemampuan
pengelola sesuai dengan jurusan meskipun laboran yang memiliki latar belakang
dari pendidikan kedokteran hewan dalam hal ini termasuk ilmu sains terutama
biologi dan memiliki pengalaman di bidangnya. Maka sangat perlu untuk dilakukan
worskop yang berguna dalam pengelolaan laboratorium lebih berkualitas yang pada
akhirnya berimbas kepada siswa sekolah secara tidak langsung.
Setiap pengelola memiliki uraian
tugasnya masing-masing yang harus dikerjakan. Administrasi laboratorium yang
seharusnya dikerjakan oleh kepala laboratorium, dikerjakan sepenuhnya oleh
laboran. Laboran tidak kut serta mendampingi siswa saat kegiatan praktikum.
V.2 Saran
Laboratorium
merupakan sarana sebagai penujang dalam siswa memahami konsep pembelajaran
untuk itu keberadaan laboran harusnya dimaksimalnya keberadannya supaya bisa
berfungsi semaksimal mungkin bagi sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin M dan Barnawi, “Manajemen
Sarana & Prasarana Sekolah“ ,Tahun 2012,Jogjakarta : Ar Ruzz Media.
Avi Hofstein2004. “The Laboratory in
Chemistry Education: Thirty years of Experience with Developments,
Implementation, and Research”. Laboratory and Practical Work. Volume 5 Nomer 3:
247-264
Bajovic, Rizzo and Joe Engemann.
2009. “Character Education Re-conceptualized for Practical
Implementacion”. Canadian Journal of
Educational Administration and Policy. Issue #92: 1-23.
Dickey, J. L., dkk. 2000. Effective methods of training biology
laboratory teaching assistants II: Preparing TAs to be effective in the
laboratory. Halaman 295-309,
dalamTesisstudies for laboratory teaching, Volume 22: 295-309.
Djukri, 2007.Hand out “Pengembangan
Laboratorium IPA”. Universitas Negeri Yogyakarta.
Harsono. 2008. Mmodel-model Pengelolaan Perguruan Tinggi
(Perspektif Sosiologis). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hendro Kusumo. 2009. Bagaimana Bekerja di Laboratorium.
Klaten.Intan Pariwara.
Jack Tessier. 2010. “An
Inquiry-Based Biology Laboratory Improves Preservice Elementary Teachers’
Attitudes About Science”. Journal of
Collage Science Teaching. Delhi. 84-90.
Jascha Silbermann. 2010. Information Management in the Molecular
Biology Lab: Wiki and LIMS. Berlin.
Kadarohman Asep, (2007). Manajemen Laboratorium IPA. Jakatra:
Departemen Agama Republik Indonesia.
Miles, Matthew B and Huberman,
A. Michael. 1992. Qualitative Data Analysis. Sage
Publication. Terjemahan oleh Tjetjep
Rohendi Rosidi.Tahun 2009. Jakarta: Universitas Indonesia Perss.
Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi
Peneitian Kualitatif. Bandung: Rosda.
MW Tibbets, dkk. 2006. “Total
Quality Managenent in Clinical Virology Laboratories”. Indian journal of Medical Microbiology.volume
24. Nomer 4: 258-262.
Reiandi,2007.PengelolaanLaboratorium:http://www.scribd.com/doc/40401930/Pengelolaan-Laboratorium.
Republik Indonesia. 2003.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Sradley, James P. 2007. Metode
Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Sutama. 2010. Metode Penelitian
Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R & D. Surakarta. Fairuz Media.
Wildan, Yatim, 2007. Kamus Biologi.
Jakarta: Yayasan Obor.
LuckyClub Casino Site & Casino Review
BalasHapusWelcome to LuckyClub Casino. It was created to provide a great experience for punters to enjoy online gambling and casino games. It is the first online Rating: 4.3 · Review by luckyclub.live LuckyClub.