Home » » laboratorium

laboratorium



BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Standar tenaga laboratorium sekolah diatur dalam PERMENDIKNAS no. 26 tahun 2008 salah satunya mengatur tentang dimensi kompetensi menejerial yang mana merencanakan kegiatan dan pengembangan laboratorium sekolah,mengelola kegiatan laboratorium sekolah,membagi tugas teknisi dan laboran laboratorium sekolah,memantai sarana dan prasarana laboratorium sekolah, mengevaluasi kinerja teknisi dan laboran serta kegiatan laboratoriun sekolah.
Sekolah sebagai lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa atau murid dibawah pengawasan guru. Sebagian besar negara memiliki sistem pendidikan formal, yang umumnya wajib. Dalam sistem ini,siswa kemajuan melalui serangkain sekolah. Nama-nama untuk sekolah ini bervariasi menurut negara, tetapi umumnya termasuk sekolah dasar untuk anak-anak muda dan sekolah menengah untuk remaja yang telah menyelesaikan pendidikan dasar.
Secara terminologi kata sekolah berasal dari bahasa latin skhole,scola,scolae atau skhola yang berarti memiliki arti waktu luang atau waktu senggang dimana ketika itu sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi siswa ditengah kegiatan utama mereka,yaitu bermain dan menghabiskan waktu menikmati masa anak-anak dan remaja. Kegiatan dalam waktu luang itu adalah mempelajari cara menghitung,cara membaca huruf dan mengenal tentang moral (budi pekerti) dan estetika (seni). Untuk mendampingi dalam kegiatan sekolah anak di dampingi oleh orang ahli dan mengerti tentang psikologi anak,sehingga memberikan kesempatan yang yang sebesar-besarnya kepada anak untuk menciptakan sendiri dunianya melalui berbagai pelajaran diatas.
Saat ini sekolah dapat diartikan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberikan pelajaran,yang dipimpin oleh seorang kepala sekolah. Kepala sekolah dibantu oleh wakil kepala sekolah. Jumlah wakil kepala sekolah di setiap sekolah berbeda tergantung dengan kebutuhannya. Bangunan sekolah disusun meninggi untuk memanfaatkan tanah yang tersedia dan dapat iisi dengan fasilitas yang lain. Ketersedian sarana dalam sekolah mempunyai peran penting dalam terlaksananya proses pendidikan.
Kegiatan belajar mengajar disekolah akan lebih efektif jika media pembelajaran di sekolah menengah memadai, karena selain harus menguasai teori-teori umum juga harus memiliki keahlian dalam praktek sebagai awal untuk melanjutkan sekolah kejenjang lebih tinggi yang nantinya diinginkan. Oleh karena itu jika tidak didukung dengan fasilitas laboratorium para siswa tidak dapat menjalankan praktikum dengan baik.
Dalam konteks pendidikan di sekolah laboratorium mempunyai fungsi sebagai tempat proses pembelajaran dengan metode praktikum yang dapat memberikan pengalaman belajar pada siswa untuk berinteraksi dengan alat dan bahan serta mengobservasi berbagai gejala secara langsung. Kegiatan laboratorium/praktikum akan memberikan peran yang sangat besar terutama dalam : (1) membangun pemahan konsep,(2) verifikasi (pembuktian) kebenaran konsep (3) menumbuhkan keterampilan proses (keterampilan dasar bekerja ilmiah) serta afektif siswa (4) menumbuhkan “rasa suka” dan motivasi terhadap pelajaran yang dipelajari (5) melatih kemampuan psikomotor, Asep (2007:2).
Agar kesinambungan daya guna laboratorium dapat dipertahankan,laboratorium perlu dikelola secara baik,dengan struktur organisasi yang jelas. Salah satu bagian dari pengelola lab ini adalah staf atau personal laboratorium. Staf atau personal laboratorium mempunyai tanggungjawab terhadap efektivitas dan efisiensi laboratoriumtermasuk fasilitas,alat-alat dan bahan-bahan praktikum. Pada sekolah menengah, biasanya laboratorium dikelola oleh seorang penanggungjawab laboratorium yang diangkat dari salah seorang guru IPA (fisika, kimia atau biologi). Pengelola laboratorium bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah.  Selain pengelola laboratorium biasanya terdapat pula seorang teknisi laboratorium.Tugas teknisi laboratorium membantu penyiapan bahan-bahan/alat-alat praktikum, pengecekan secara periodik, pemeliharaan dan penyimpanan alat dan bahan. Agar kinerja pengelola laboratorium berjalan baik, perlu disusun struktur organisasi laboratorium. Pada struktur organisasi tersebut, dicantumkan pula para guru mata pelajaran fisika, kimia dan biologi sebagai penanggung jawab masing-masing alat/bahan Riandi, (2007: 45-46).
Menurut Hendro, (2009: 10–14)  pengelola laboratorium di  sekolah umumnya  adalah Kepala Sekolah, sebagai penganggung jawab laboratorium,Wakil Kepala Sekolah, membantu mengawasi pengelolaan  laboratorium sekolah secara harian,Koordinator Laboratorium (salah satu guru), mengatur pelaksanaan harian laboratorium. Guru tersebut bertanggung jawab atas:  (a). suasana laboratorium yang disiplin dan baik,  (b). pegaturan jadwal dan penggunaan laboratorium, dan  (c). terjaganya keamanan dan keselamatan kerja laboratorium; Penanggung jawab Laboratorium/teknisi laboratorium, menyiapkan bahan praktikum, reparasi alat laboratorium, pengecekan alat, pemeliharaan, dan penyiapan alat. Laboran, berutgas sebagai penyiapan dan penyediaan bahan, layanan alat, serta perawatannya, serta mengerjakan administrasi alat dan bahan.
Struktur organisasi laboratorium harus menunjukkan garis kewenangan, ruang lingkup tanggung jawab, uraian kerja serta hubungan timbal-balik semua personel yang mengelola, melaksanakan atau memverifikasi pekerjaan yang dapat mempengaruhi mutu pengujian, baik antara manajemen mutu, pelaksanaan teknis maupun pelayanan penunjang (Hadi, 2000: 48). Penempatan pesonel dalam organisasi laboratorium harus disesuaikan dengan kualifikasi dan pengalaman yang tepat.  Organisasi laboratorium adalah  pelaksanaan dalam pengadministrasian, perawatan, pengamanan, serta perencanaan untuk pengembangan secara  efektif dan efisien Asep, (2007: 3).
Alat dan bahan yang digunakan harus tersedia oleh sekolah untuk menunjang kegiatan praktikum di sekolah, dengan tersedianya alat dan bahan serta fasilitas lain yang menunjang tentunya akan berpengaruh untuk mengembangkan kreativitas siswa karena sangat kurang maksimalnya dalam memahami materi yang disampaikan guru jika keadaan sekolah belum menunjang fasilitas laboratorium. Guru akan sulit untuk memberikan bimbingan karena tidak disertai dengan praktik langsung dengan benda yang dijadikan bahan ajar. Maka dari itu pemerintah perlu memperhatikan keadaan yang seperti ini karena di Indonesia masih banyak sekolah yang gurunya hanya bercerita di depan kelas tanpa adanya fasilitas untuk mempraktikkan materi yang seharusnya dipraktikkan langsung oleh siswa.
Selain dapat meningkatkan kreativitas siswa untuk memiliki keahlian-keahlian,adanya laboratorium disekolah juga akan menumbuhkan rasa ingin tahu bagi siswa dan menumbuhkan motivasi belajar yang sangat tinggi. Karena dengan adanya alat dan bahan praktek yang menunjang di laboratorium sekolah siswa akan merasa terlatih dan akan terinspirasi untuk membuat penemuan-penemuan baru. Lain hanya dengan sekoalah yang belum memiliki fasilitas-fasilitas praktikum yang menunjang, siswa pasif dlam belajar karena tidak mengenal sumber belajar yang konkrit jika hanya mendengar cerita atau hanya melihat gambar yang diperlihatkan oleh guru.
Siswa yang lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar cenderung lebih aktif berpendapat,mengajukan pertanyaan atau menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Siswa yang lebih aktif ini cenderung memiliki pencapaian kompetensi biologi yang lebih tinggi.Sedangkan siswa yang kurang aktif cenderung secara pasif hanya menerima pengetahuan yang datang kepadanya dan cenderung memiliki pencapain kompetensi biologi yang lebih rendah.
Pada kegiatan praktikum siswa yang aktif akan mampu melakukan percobaan atau pengamatan dengan baik dan tepat waktu. Siswa yang pertisipasinya kurang hanya akan berdiam diri tanpa tahu apa yang harus dikerjakan atau bahkan mereka hanya akan membuat kegaduhan saat kegiatan praktikum sedang berlangsung.
Keterbatasan alat-alat praktikum laboratorium yang dimiliki sekolah mengakibatkan kurang efektifnya pembelajaran yang berlangsung didalam kelas sebab ketersedian alat-alat praktikum dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa. Contohnya saja hal sederhana seperti yang terjadi saat ini, banyak siswa yang kurang memahami bagaimana cara mengukur dan bagaiman pengukuran itu dilakukan. Padahal pengkuran merupakan kegiatan ilmiah yang sering kita praktikan dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini tidak hanya disebabkan karena keterbatasan alat, tetapi juga terjadi kerena keterbatasan kemampuan guru dalam mengekspolarasi bahan ajar yang dibutuhkan. Peran aktif guru dalam mengeksplorasi ketersedian alat-alat ukur dinilsi masih minim. Sebab masih banyak cara pikir guru belum menjurus pada pembelajaran kontekstual. Sehingga mereka berpikir bahwa alat ukur tersebut dinialai kuarang penting bagi siswa dan tidak banyak ditemui di kehidupan sehari-hari yang akhirnua materai hanya disampaikan sekadarnya saja.
Tentunya saja hal ini bertolak belakang dengan kondisi yang seharusnya terjadi di sekolah dimana siswa harus mendapatkan sistem pembelajaran yang efektif dari guru,sehingga pemahaman konsep siswa dapat meningkat. Keterbatasan tersebut tidak menutup kemungkinan seorang guru berinovasi dengan kreativitas dan kemampuan teknologi yang dimilikinya sehingga eksporasi materi yang dilakukan guru dapat mencapai pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa. Bahkan media yang diciptakan oleh guru dapat menampilkan fenomena fisika misal yang diinginkan dan dapat disesuaikan dengan kondisi siswa dan kemauan guru itu sendiri tanpa harus mendampingi siswa dalam belajar. Sehingga diharapkan tercapainya hasil belajar dan kemampuan siswa secara optimal.
Dalam proses belajar mengajar, hal yang paling berperan adalah cara guru mengajar atau menyampaikan pelajaran yang bertujuan untuk menarik perhatian siswa. Dalam hal ini metode yang sesuai dengan materai yang disampaikan dan juga alat peraga yang digunakan akan mempermudah siswa untuk memahami materi. Metode yang akan digunakan dapat memberikan kesan agar siswa lebih menyenangi pelajaran tertentu.    
Kesulitan maupun kegagalan yang dialami siswa tidak hanya bersumber dari kemampuan siswa yang kurang tetapi ada faktor lain yang turut menentukan keberhasilan siswa dalam belajar yaitu faktor dari luar diri siswa salah satunya adalah kurangnya perhatiana siswa saat guru menerangkan, metode yang digunakan guru juga kurang menarik. Metode pembelajaran yang kurang efektif dan efisien,menyebabkan tidak seimbangnya kemampuan kognitif,afektif dan psikomotorik, misalnya pembelajaran yang monoton dari waktu ke waktu, guru yang bersifat otoriter dan kurang bersahabat dengan siswa sehingga siswa merasa bosan dan kurang minat belajar. Untuk mengatasi hal tersebut maka guru sebagai tenaga pengajar dan pendidik harus selalu meningkatkan kualitas profesionalisme yaitu dengan cara memberikan kesempatan belajar kepada siswa dengan melibatkan siswa secara selektif dalam proses belajar mengajar.
Kualitas tenaga pengajar merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya kualitas hasil pendidikan. Posisi strategi guru untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan profesional,faktor kesejahteranya,disiplin kerja,motivasi kerja serta fasilitas dari sekolah itu sendiri.
Kemampuan profesional kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan yaitu bertanggung jawab dalam menciptakan suatu situasi belajar mengajar yang kondusif,sehingga guru-guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik dan peseta didik dapat belajar dengan tenang. Kepala sekolah dituntut untuk dapat bekerja sama dengan bawahannya dalam hai ini guru. Kepemimpinan kepala sekolah dapat dilihat dari kemampuan mengkoordinasikan dan menggerakkan segala sumber (guru,staff,karyawan dan tenaga kependidik) yang ada dalam suatu lembaga sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kendala yang sering dihadapi untuk pengadaan fasilitas praktikum di SMA Negeri 1 Ngadirojo dalam memenuhi kebutuhan pengadaan suatu fasilitas sekolah antara lain penyesuaian alat-alat maupun bahan,penyesuaian alat-alat dan bahan dengan jumlah siswa,sisteam penggandaan alat dan bahan dan juga tingkat kemampuan,kepedulian guru dalam mengelola fasilitas tersebut.
Berdasarkan latar belakang tersebut,maka dilakukan penelitian terkait dengan meng optimalkan sarana laboratorium serta memaksimalkan keberadaanya laboratorium tersebut baik untuk pelajaran,biologi,kimia ataupun fisika dengan judul “Menejeman sarana dan prasarana laboratorium di SMA Negeri 1 Ngadirojo”.
1.2. Rumusan masalah
a.       Mengapa laboratorium di SMA Negeri 1 Ngadirojo Pacitan kurang optimal dalam menunjang proses kegiatan belajar mengajar ?
1.3.Tujuan penelitian
a.       Mendorong motivasi siswa untuk belajar
b.      Siswa dapat mempraktekan materi yang telah dipejarinya langsung sehingga dapat lebih paham dan juga mengerti
c.       Guru lebih mudah menyampaikan materi serta dapat membimbing langsung praktek
d.      Membantu mengembangkan kreativitas siswa dengan adanya fasilitas belajar yang menunjang di SMA Negeri 1 Ngadirojo Pacitan.
1.4.Manfaat Penelitian
a.       Dengan fasilitas yang menunjang proses belajar mengajar akan lebih mudah dan jelas.
b.      Siswa dapat memiliki pandangann untuk dunia kuliah sesuai jurusan yang nantinya mereka ambil.
c.       Siswa dapat menemukan penemuan-penemuan baru melalui praktek yang dilaksanakannya ketika berada dilaboratorium sekolah.



















BAB: II
TINJUAN PUSTAKA
II.1. Manajemen pendidikan
            Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari manajemen. Hal ini terlihat dari bagaimana pendidikan didefinisikan,pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,pengendaliaan diri,kepribadian,kecerdasan,akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat,bangsa dan negara (UU No.2 Tahun 2003). Dalam definisi tersebut,pendidikan mengandung makna sebuah usaha sadar dan terencana. Dengan kata lain dari defenisi pendidikan itu sendiri sudah terkandung fungsi atau kaidah manajemen.
            Menurut Muljani A. Nurhadi, manajemen adalah suatu kegiatan atau rangkain kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerja sama sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan,untuk mencapai tujuan pendidikanyang telah ditetapkan sebelumnya,agar efektif dan efesien (Arikunto dan Lia,2009:3).
            Jika diapalikasikan pada menajemen penyelenggaraan pendidikan sekolah,pengertian manajemen adalah usaha pimpinan sekolah untuk memperolah hasil dalam mencapai tujuan program sekolah melalui usaha orang lain,dengan proses dan prosedur,perangsang,pengorganisasian,pengarahan dan pembinaan pada pelaksanaan dengan memanfaatkan material dan fasilitas (Rukmana dan Yati, 2001:37).
            Empat fungsi manajeman yang menjadi fungsi pokok, yaitu perencanaan (planing),pengorganisasian (organizing),pengarahan (directing/actuating) dan pengawasan (controlling) :
1.      Perencanaan
Merupakan proses memutuskan kegiatan apa, bagaimana melaksanakannya,kapan dan oleh siapa. Perencanaan perlu dilakukan untuk menghindari kesalahan dalam melakukan tindakan sehingga menyebabkan kerugian organisasi. Menurut T. Hani Handoko (2011:8),perencanaan memiliki banyak manfaat. Sebagai contoh,perencanaan (1) membantu menjemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan; (2) membantu dalam kristalisasi persesuain pada masalah-masalah utama; (3) memungkinkan manajer (kepala sekolah) memahami keseluruhan gambaran operasional lebih jelas; (4) membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat; (5)memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi; (6) memudahkan dalam melakukan koordinasi di antara berbagai bagian organisasi; (7) membuat tujuan lebih khusus,terperinci dan lebih mudah dipahami; (8) meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti; (9) menghemat waktu,usaha dan dana.
2.      Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur oraganisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi,sumber-sumber daya yang dimilikinya dan lingkungan yang melingkupinya. Dua aspek utama proses penyusunan struktur organisasi adalah departementalisasi dan pembagian kerja.
3.      Pengarahan
Pengarahan merupakan usaha-usaha untuk menggerakkan bawahan agar melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapakan. Dalam pengarahan,manajer melakukan motivasi,komunikasi dan menjalankan kepemimpinanannya. Motivasi pegawai perlu ditingkatkanagar mereka dapat melakukan pekerjaanya secara sukarela.
4.      Pengawasan
Pengawasan adalah kegiatan untuk menjamin kegiatan-kegiatan atau program-program telah berjalan sesuaia dengan perencanaan untuk mencapai tujuan. Pengawasan sangat diperlukan oleh setiap organisasi agar organisasi berjalan sesuai dengan apa yang dikehendaki. Organisasi harus senantiasa menjaga keseimbangannya antara pengawas dan kebebasan. Hal ini perlu diperhatikan karena pengawasan yang terlalu ketat dapat mengancam kreativitas dan otonomi pegawai.
Manajemen  pendidikan terdiri dari berbagai yaitu manajemen kurikulum,manajemen personalia,manajemen kesiswaam,manajemen sarana dan prasarana,manajemen keuangan dan manajemen hubungan masyarakat.
1.      Manajemen kurikulum,
menurut UU no.20 tahun 2003 tentang sisdiknas,kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan menganai tujuan,isi dan bahan pelajaran yang digunakan sebagai pedoman.
2.      Manajemen personalia,
Manajemen personalia adalah segenap proses penataan yang bersangkut paut dengan masalah memperoleh dan menggunakan tenaga kerja untuk dan di sekolah efisien demi tercapainya tujuan sekolah yang telah ditentukan.
3.      Manajemen kesiswaan
Manajemen kesiswaan adalah segala kegiatan yang berkaitan dengan kesiswaan, yaitu mulai dari masuknya siswa sampaikeluarnya dari lembaga
4.      Manajemen sarana dan prasarana
Manajemen sarana dan prasarana adalah segenap proses pengadaan dan pendayagunaan sarana dan prasarana agar mendukung tercapainya tujuan pendidikan secara tepat guna dan tepat sasaran.
5.      Manajemen keuangan
Manajemen keuangan adalah segenap proses perencanaan alokasi dana dengan penuh perhitungan dan pengawasan penggunaan dana baik untuk keperluan operasional maupun keperluan investasi disertai bukti-bukti fisik.
6.      Manajemen hubungan masyarakat
Manajemn hubungan masyarakat adalah segenap proses komunikasi antara sekolah dengan masyarakat untuk menarik simpati masyrakat agar mendukung proses pendidikan disekolah.
II.2. Menejeman Sarana dan Prasarana Pendidikan
            Sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan,bahan dan perabot yang secara lansung digunakan dalam proses pendidikan disekolah,sedangkan prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah menurut Depdiknas (2008:37).
            Dengan begitu, manajemen sarana dan prasarana pendidikan dapat diartikan sebagai segenapa proses pengadaan dan pendayagunaan komponen-komponen yang secara langsung maupun tidak langsung menunjang proses pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
II.3. Pengadaan Sarana dan Prasarana
            Pengadaan merupakan serangkaian kegiatan menyediakan berbagai jenis sarana dan prasarana pendidikan sesuaidengan kebutuhan untuk mencapai tujuan pendidikan. Kebutuhan sarana dan prasarana dapat berkaitan dengan jenis dan spesifikasi,jumlah,waktu,tempat dan harga serta sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Pengadaan dilakukan sebagai bentuk realisasi atas perencanaan yang telah dilakukan sebelumnya. Tujuannya untuk menunjang proses pendidikan agar berjalan efektif dan efisien sesuai tujuan yang diinginkan.
            Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk kegiatan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan. Beberapa cara yang dimaksud sebagai berikut :
1.      Pembelian
Pembelian adalah pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan cara sekolah menyerahkan sejumlah uang kepada penjual untuk memperoleh sarana dan prasarana sesuai dengan kesepakatan kedua  belah pihak.
2.      Produksi sendiri
Produksi sendiri merupakan cara pemenuhan kebutuhan sekolah melaluipembuatan sendiri baik oleh guru,siswa ataupun karyawan.
3.      Penerimaan hibah
Peneriman hibah merupakan cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan jalan menerima pemberian sukarela dari pihak lain.
4.      Penyewaan
Penyewaan adalah cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan jalan memanfaatkan sementara barang milik pihak lain untuk kepentingan sekolah dan sekolah membayar berdasarkan perjanjian sewa-menyewa
5.      Peminjaman
Peminjaman adalah cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan jalan memanfaatkan barang pihak lain untuk kepentingan sekolah secara sukarela sesuai dengan perjanjian pinjam-meminjam.
6.      Pendaurulangan
Pendaurulangan adalah cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan jalan memanfaatkan barang bekas agar dapat digunakan untuk kepentingan sekolah.
7.      Penukaran
Penukaran adalah cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan jalan menukarkan barang yang dimiliki sekolah dengan barang yang dimiliki oleh pihak lain.
8.      Rekondisi atau Rehabilitasi
Rekondisi adalah perbaikan cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan yang telah mengalami kerusakan.
            Dalam pengadaan sarana dan prasarana harus mengacu pada Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasaran.
II.4. Pengelola Laboratorium
            Laboratorium merupakan tempat untuk melaksanakan pembelajaran secara praktik yang memerlikan peralatan khusus. Laboratorium berfungsi sebagai tempat untuk memecahkan masalah,mendalami suatu fakta,melatih kemampuan,ketrampilan ilmiah dan mengembangkan sikap ilmiah. Laboratorium dapat bermacam-macam jenisnya. Di Sekolah Menengah Atas dikenal ada laboratorium fisika,laboratorium kimia,laboratorium biologi,laboratorium bahasa dan laboratorium komputer
            Pengelola laboratorium terdiri atas koordinator laboratorium kepala laboratorium,teknisi laboratorium dan laboran. Koordinator laboratorium (korlab) bertanggung jawab mengoordinasikan seluruh laboratorium yang ada di sekolah. Jabatan korlab dapat dipegang oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana. Korlab membawahi para kepala laboratorium yang ada di sekolah. Kepala laboratorium (Kalab) bertanggung jawab untuk mengoordinasikan dan mengatur penggunaan salah satu laboratorium untuk mendukung proses pembelajaran. Kalab membawahi dua bagian yaitu teknisi dan laboran.
















BAB III
METODELOGI PENELITIAN

III.1. Tempat penelitian dan subjek penelitian
Tempat di SMA Negeri 1 Ngadirojo Pacitan khususnya laboratorium kimia,fisika dan biologi dengan subjek dalam penelitian ini adalah Kepala sekolah, Wakil kepala sekolah sarana dan prasarana, Kepala laboratorium fisika,kimia dan biologi, laboran dan guru fisika,kimia dan biologi. 
III.2. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif atau naturalistik karena mencakup penggunaan subjek yang dikaji dengan kumpulan data empiris. Penelitian naturalistik, digunakan untuk meneliti pada situasi lapangan yang bersifat natural,alamiah,wajar dan tidak ada tindakan manipulasi,pengaturan ataupun eksperimen (Harsono, 2008:155)
III.3. Desain penelitian
            Desain penelitian yang digunakan adalah pendekatan etnografi yaitu mencakup ragam budaya,tradisi dan kebiasaan suatu anggota masyarakat atau komunitas tertentu. Pendekatan etnografi adalah upaya untuk memperhatikan makna-makna tindakan dari kejadian yang menimpa orang yang kita pahami Spredley, (2007: 5).
II.4.  Pengumpulan data penelitian
            Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara :
1.      Observasi
Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan yang dilakukan secara sistematis terhadap objek penelitian
2.      Dokumentasi
Dokumentasi adalag carauntuk memperoleh sebagian data dan bukti bahwa penulis melakukan penelitian
3.      Studi Pustaka
Penelitian perpustakaan dilakukan untuk memperoleh buku-buku sebagai sumber pedoman dalam penelitian dan sebagai penunjang dalam pembahasan masalah. Sedangkan hal-hal yang dilakukan adalah telaah pustaka dan pendalaman buku-buku yang tentang bahasa.




BAB IV
PEMBAHASAN

IV.1. Struktur organisasi laboratorium
            Pengorganisasian laboratorium IPA melibatkan guru fisika,kimia dan biologi. Semua guru IPA di SMA Negeri 1 Ngadirojo Pacitan ada delapan orang yang terdiri dari tiga guru biologi,dua guru kimia dan tiga guru fisika diman salah satunya dari guru IPA diangkat sebagai kepala laboratorium oleh kepala sekolah.
            Terdapat SK (surat keputusan) dari kepala sekolah yang menyebutkan adanya pengelola laboratorium IPA. Uraian tugas pokok dari masing-masing tertulis jelas di dalam SK. SK dibuta setiapa satu semester sekali. SK yang terbari dibuat tanggal 1Januari 2015.
            Wakil kepala sekolah urusan kurikulum tidak terlibat langsung dalam pengorganisasian laboratorium IPA. Wakil Kepala Sekolah kurikulum ini hanya membantu membuatkan SK dari kepala sekolah. sementara wakil kepala sekolah urusan sarana dan prasarana juga hanya menerima laporan kekurangan alat dan bahan kebutuhan laboratorium, selebihnya masalah administrasi dikelola oleh kepala laboratorium IPA masing-masing dan laboran tentunya.
            Dalam SK tertulis jelas bahwa,kepala sekolah bertugas sebagai penanggung jawab. Kepala laboratorium IPA adalah seorang guru IPA yang diberi tugas tambahan sebagai kepala laboratoritorium.
Laboran dengan berlatar belakang dari lulusan S1 kedokteran hewa yang diberi tugas sebagai laboran dari laboratorium biologi, fisika dan kimia. Hal ini menyebabkan seorang laboran harus mengerjakan semua administrasi dari tiga laboratorium. Laboran ini pernah mengikuti pelatihan uji kompetensi laboran satu kali, dan memiliki pengalaman sebagai laboran selama empat tahun.
Papan struktur organisasi laboratorium IPA secara tertulis tidak terpasang didalam laboratorium maupun di ruangan/tempat lain.  Struktur organisasi laboratorium biologi terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah urusan kurikulum, wakil kepala sekolah urusan sarana dan prasarana, kepala laboratorium, guru biologi,guru fisika,guru kimia  dan laboran. Yang terpasang adalah struktur organisasi sekolah di laboratorium fisika dikarena laboratorium fisika digunakan sebagai ruang kepala sekoalah,wakil kepala sekolah dan ruang tata usaha selama satu semester 








Gambar 1. Struktur Organisasi sekolah didalam laboratorium fisika









Gambar 2. Laboratorium dialihkan fungsi sebagai ruang TU
Penelitian MW Tibbets, dkk. (2006)  mengkaji tentang  Total Quality Manajemen  (TQM) di dalam sebuah laboratorium klinik, dimana kualitas dari sebuah laboratorium dipengaruhi oleh keterlibatan semua staf laboratorium dan menejem terpadu.
Administrasi laboratorium IPA di SMA Negeri 1 Ngadirojo pacitan dikerjakan oleh laboran berdasarkan mengetahuan yang dimiliki baik dari membaca buku ataupun dari internet karena untuk pelatihan workshop baru satu kali kemarin di BP-Paudni gebang keputih Surabaya selama bertugas sebagai laboran SMA N 1 Ngadirojo kurang lebih empat tahun. Administrasi laboratorium IPA meliputi buku penggunaan laboratorium biologi,fisika dan kimia, daftar inventaris alat laboratorium biologi,fisika.biologi








         
         


Gambar 3. Salah satu buku intentaris laboratorium IPA
Setiap enam bulan sekali laboran merekap alat dan bahan yang habis pakai untuk nantinya diajukan kepada wakil kepala sekolah bagian sarana dan prasarana.Kepala laboratorium IPA biologi,fisika dan kimia yang dibantu oleh laboran membuat rencana pengadaan alat dan bahan laboratorium. Setiap guru yang ingin mengadakan kegiatan praktikum di laboratorium biologi harus mengajukan kebutuhan alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum nantinya, sehingga saat kegiatan praktikum laboran dapat menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Setelah kegiatan praktikum laboran mengecek apakan ada alat atau bahan yang habis di pakai, karena sebagian besar alat dan bahan di laboratorium IPA biologi,kimiawi dan fisika ini bersifat habis pakai. Alat atau bahan yang telah habis dipakai ini nantinya akan dicatat dan kemudian dimasukkan kedalam daftar rencana pengadaan alat dan bahan laboratorium, sehingga untuk kegiatan praktikum selanjutnya  alat dan bahan tersebut tersedia.




                


Gambar 4. Contoh laporan permintanaan sarana laboratorium
Penelitian yang dilakukan oleh  Jascha Silbermann (2010), menyatukan orang dan informasi di lab dan sentuhan pada manajemen kualitas bidang,mmengubah manajemen, manajemen konten dan manajemen pengetahuan. Dengan menggunakan  hardwere  atau perangkat lunak di laboratorium untuk mempercepat pekerjaan, dan kualitas pekerjaan meningkat.
Laboratorium biologi di SMA Negeri 1 Ngadirojo Pacitan tidak  memiliki  tenaga teknisi, tetapi semua kegiatan laboratorium IPAtidak mengalami masalah serius, karena semua pekerjaan yang seharusnya dikerjakan oleh teknisi di kerjakan oleh laboran. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Dickey, J. L. (2000). Penelitian ini menggunakan metode workshop participants, ia menegaskan bahwa seorang instruktur laboratorium, baik laboran maupun asisten memiliki peran yang penting dalam pelaksanaan kegiatan di laboratorium.
VI.2. Struktur Fungsi Laboratorium IPA di SMA Negeri 1 Ngadirojo Pacitan
SK yang dibuat tertulis jelas masing-masing tugas yang diberikan kepada pengelola beserta pembagian tugas dari masing-masing pengelola. Salah satu tugas kepala laboratorium adalah membantu kepala sekolah alam menyiapkan administrasi laboratorium IPA, namun tugas tersebut dibebankan kepada laboran.
Di dalam SK tersebut seorang kepala laboratorium memiliki tugas sebagai berikut: (1) membantu kepala sekolah untuk membuat program semesteran penggunaan laboratorium IPA; (2) membantu kepala sekolah untuk membuat agenda/jurnal kegiatan laboratorium biologi; (3) membantu kepala sekolah dalam merencanakan kebutuhan alat dan bahan laboratorium IPA; (4) membantu kepala sekolah dalam menyiapkan administrasi laboratorium IPA; (5) membantu kepala sekolah dalam mengatur penggunaan laboratorium IPA; (6) membantu kepala sekolah mengatur kerapihan alat dan bahan dalam laboratorium IPA; (7) membantu kepala sekolah dalam menjaga kebersihan laboratorium IPA; dan (8) membantu kepala sekolah dalam membuat laporan laboratorium IPA.
Setiap pengelola memiliki tugas dan fungsinya masing-masing. Semua administrasi laboratorium biologi dikerjakan oleh laboran misalnya. Laboran ini tidak hanya mengerjakan administrasi laboratorium biologi saja, melainkan mengerjakan administrasi laboratorium fisika dan kimia juga. Berdasarkan penelitian  yang dilakukan oleh  MW Tibbets, dkk. (2006), yaitu,  penelitian ini mengkaji tentang Total Quality Manajemen (TQM) di dalam sebuah laboratorium klinik, dimana kualitas dari sebuah laboratorium dipengaruhi oleh keterlibatan semua staf laboratorium dan manajemen yang terpadu.
Di dalam SK tertulis jelas kalau administrasi laboratorium yang mengerjakan seharusnya kepala laboratorium.Tugas  seorang laboran meliputi: (1) membantu kepala laboratorium dalam merencanakan pengadaan alat dan bahan laboratorium; (2) membantu kepala laboratorium dalam menyusun jadwal dan tata tertib penggunaan laboratorium; (3) membantu kepala laboratorium dalam mengatur penyimpanan alat sesuai daftar; (4) membantu kepala laboratorium dalam memelihara dan memperbaiki alat-alat laboratorium; (5) membantu kepala laboratorium dalam menginventarisir dan pengadministrasian pinjaman alat-alat laboratorium; (6) membantu kepala laboratorium dalam menjaga kebersihan laboratorium; dan (7) membantu kepala laboratorium dalam menyusun laporan pelaksanaan laboratorium.
Para pengelola telah melaksanakan tugasnya dengan baik, walaupun masih ada beberapa yang membutuhkan bantuan untuk menyelesaikan tugasnya.Setiap satu semester kepala laboratorium membuat program semester. Program semester tersebut meliputi: rencana kegiatan praktikum, jadwal kegiatan praktikum, menyusun rencana pengembangan laboratorium, dan program kerja laboratorium. Program semester tersebut diharapkan dapat memudahkan pengelola dalam melaksanakan tugasnya, dan lebih terstruktur.
Rencana pengembangan laboratorium IPA dilakukan secara bertahap, terdiri dari menganalisis kondisi laboratorium, analisis situasi dan   perumusan strategi, pemilihan strategi dan usulan kegiatan, serta penyusunan program pengembangan. Kegiatan rencana pengembangan laboratorium tersebut dibuat sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sekolah.
Evaluasi diri yang dilakukan, mulai dari melakukan pengumpulan serta pemroses data dan informasi laboratorium serta yang berpengaruh secara langsung ataupun tidak langsung terhadap pemenuhan standar kurikulum atau rencana pengembangan sekolah atau kompetensi yang ditetapkan. Data yang dikumpulkan bisa berasal dari laboratorium misalnya data untuk komponen ketenagaan, sarana dan prasarana praktikum, dan data dari pengguna laboratorium seperti guru dan murid misalnya proses pelaksanaan praktikum. Data tersebut ditelaah untuk mengetahui kondisinya dan kesesuaiannya dengan pemenuhan standar.
Seletah evaluasi diri dilakukan, kemudian diolah dan dianalisis, setelah itu baru bisa diusulkan dengan mempertimbangkan berbagai aspek seperti prioritas keperluan serta kesesuaian dengan visi/misi sekolah, ketersediaan dana, waktu dan daya dukung laboratorium/sekolah.
Laboratorium biologi di SMA Negeri 1 Nagdirojo tidak memiliki tenaga teknisi laboratorium, namun hanya memiliki satu laboran. Laboran tersebut selain menjadi laboran untuk laboratorium biologi juga menjadi laboran dari laboratorium fisika dan laboratorium kimia. Guru tidak mengalami kesulitan alaupun di laboratorium biologi tidak ada teknisi laboratoriumnya.
Sehari sebelum mengadakan kegiatan praktikum, guru memberikan daftar kebutuhan alat dan bahan yang akan digunakan saat praktikum.  Saat kegiatan praktikum, laboran tidak mendampingi guru.  Laboran hanya menyiapkan kebutuhan guru, dan membereskan peralatan yang telah selesai digunakan. Berbeda dengan hasil  penelitian  yang dilakukan oleh  Jascha Silbermann (2010), dalam penelitian ini menyatukan orang dan informasi di lab dan sentuhan
pada manajemen kualitas bidang, mengubah manajemen, manajemen konten dan manajemen pengetahuan. Dengan menggunakan hardwere atau perangkat lunak di laboratorium untuk mempercepat pekerjaan, dan kualitas pekerjaan meningkat.
Sementara penelitian yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ngadirojo ini, seluruh aktifitas pengelola masih dilakukan secara manual. Selain digunakan untuk kegiatan praktikum IPA, terdapat pula berbagai macam hasil karya siswa yang di letakkan di atas almari bagian belakang ruang kegiatan laboratorium biologi dan sebagian diletakkan di dalam ruang penyimpanan alat laboratorium biologi.
VI.3.Karakteristik Aktivitas Laboratorium IPA di SMA Negeri 1 Ngadirojo Pacitan
Laboran membatu  kelapa laboratorium untuk membuat administrasi laboratorium. Laporan kebutuhan alat dan bahan diajukan setiap enam bulan sekali. Alur pengajuan kebutuhan alat dan bahan mulai dari guru mengajukan kebutuhannya kepada laboran, laboran melaporkan kepada kepala  laboratorium kemudian kepada wakil kepala sekolah bagian sarana dan prasarana kemudian kepada bendahara, bila kepala sekolah menyetujui maka alat dan bahan tersebut siap untuk dibeli.
Ada tiga bagian aktivitas laboratorium IPA yakni persiapan, pelaksanaan dan pemantauan, dan evaluasi serta pelaporan kegiatan laboratorium. Aktivitas persiapan meliputi koordinasi dengan guru IPA, penyusunan jadwal, teknis perhitungan perbedaan jumlah antara alat dan bahan yang tersedia, dan persiapan administrasi laboratorium. Aktivitas pelaksanaan dan pemantauan meliputi kegiatan mulai dari persiapan dan selama masa praktikum berlangsung dalam satu semester harus dipantau secara peroidik dan tak terduga untuk memastikan bahwa pelaksanaan praktikum sesuai dengan rencana dan mencarikan pemecahan masalah jika ditemui dalam pelaksanaan tersebut. Dan yang terakhir evaluasi serta pelaporan kegiatan, hasil evaluasi dibahas bersama dengan guru pembimbing praktikum, teknisi, dan laboran kemudian dilaporkan kepada kepada atasan.
Penelitian yang dilakukan oleh  Hofstein Avi (2004), peneliti meneliti pekerjaan laboratorium. Pelitian ini difokuskan pada berbagai masalah laboratorium sebagai lingkungan belajar yang unik. Penelitian ini terutama dilakukan di Departemen Ilmu Pengajaran,  Weizmann Institute of Science, dalam konteks kimia pengembangan kurikulum, implementasi dan evaluasi. Tinjauan dari studi penelitiannya dan publikasi terkait diselenggarakan di bawah isu-isu utama sebagai berikut: (1) Laboratorium kimia: Sebuah modus unik pembelajaran, pengajaran, dan penilaian. (2). Menilai kinerja siswa dan prestasi menggunakan modus yang berbeda dari presentasi di laboratorium kimia. (3) Sikap dan minat
siswa dalam pekerjaan laboratorium kimia di sekolah. (4) persepsi siswa terhadap laboratorium sebagai kelas lingkungan belajar. Dalam penelitian ini penulis menempatankan laboratorium di dalam ruang kelas, hal ini di harapkan untuk mempengaruhi guru agar dapat meningkatkan pemahaman terhadap mereka tentang bagaimana ilmu pengetahuan terbaik diajarkan, selain itu miminimalkan waktu yang terbuang untuk mempersiapkan siswa serta alat dan bahan yang dibutuhkan.
Semua alat dan bahan yang ada di laboratorium IPA ini di beri lebel, yang meliputi, nama,  jenis, bahan, kode, tanggal pembelian. Selain itu penempatan bahan di pisahkan antara yang berbahaya dan yang tidak berbahaya. Sedangkan untuk peralatan praktikum di pisahkan sesuai dengan jenisnya.Sebelum dan sesudah digunakan, alat praktikum selalu diperiksa catatan pemeliharaan alat, namun  pada dasarnya pemeliharaan rutin mencakup pembersihan, dan keamanan penggunaan, seperti kemungkinan adanya kebocoran arus listrik, dan selain itu perlu memeriksa apakan alat berfungsi atau tidak. Setelah kegiatan praktikum selesai, laboran memeriksa atau m engecek alat dan bahan yang telah digunakan melalui daftar inventaris alat dan daftar inventaris bahan. Alat dan bahan yang telah digunakan, biasanya ada yang mengalami penyusutan. Alat dan bahan yang mengalami penyusutan tersebut merupakan alat dan bahan  yang habis pakai, alat dan bahan yang habis pakai di catat dalam form daftar usulan alat dan form daftar usulan bahan.
Aktifitas pengelola dalam memantau keadaan laboratorium yaitu pemantauan kondisi dan keamanan bangunan meliputi keadaan fisik bangunan dan  kondisi ruangan, jaringan listrik, jaringan air, dan jaringan gas, serta alat pemadam kebakaran. Keadaan fisik bangunan seperti atap, ventilasi, jendela dan pintu darurat laboratorium perlu diperiksa fungsinya karena kondisi fisik tersebut secara langsung  mempengaruhi langsung kondisi ruangan seperti kelembaban, temperatur, dan penyinaran. Ketersediaan air dalam laboratorium misalanya sangat penting dalam menunjang kelancaran praktikum. Walaupun demikian di SMA Negeri 1 Ngadirojo Pacitan kran laboratorium sering macet sehingga menggaggu proses praktikum belum lagi laboratorium yang dalihkan fungsi sebagai ruang BK,ruang TU dan ruang Guru selama semester ini jadi praktikum semester ini kuarang maksimal dalam penyampaiannya.









Gambar 5. Salah satu kran yang macet karena lab dialihkan fungsi









Gambar 6. Lab biologi sebagai ruang BK
Setiap akhir semester selalu dilakukan evaluasi, yang meliputi melihatkinerja laboratorium apakah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya pencapaian tujuan kegiatan laboratorium, dan melihat pencapaian kinerja program laboratorium untuk melihat keberhasilan program yang dilaksanakan.

BAB: V
PENUTUP

V.1.Kesimpulan
Organisasi laboratorium biologi di SMA Negeri 1 Pacitan tidak sesuai dengan kebutuhan laboratorium IPA. Kemampuan pengelola sesuai dengan jurusan meskipun laboran yang memiliki latar belakang dari pendidikan kedokteran hewan dalam hal ini termasuk ilmu sains terutama biologi dan memiliki pengalaman di bidangnya. Maka sangat perlu untuk dilakukan worskop yang berguna dalam pengelolaan laboratorium lebih berkualitas yang pada akhirnya berimbas kepada siswa sekolah secara tidak langsung.
Setiap pengelola memiliki uraian tugasnya masing-masing yang harus dikerjakan. Administrasi laboratorium yang seharusnya dikerjakan oleh kepala laboratorium, dikerjakan sepenuhnya oleh laboran. Laboran tidak kut serta mendampingi siswa saat kegiatan praktikum.
V.2 Saran
            Laboratorium merupakan sarana sebagai penujang dalam siswa memahami konsep pembelajaran untuk itu keberadaan laboran harusnya dimaksimalnya keberadannya supaya bisa berfungsi semaksimal mungkin bagi sekolah.

















DAFTAR PUSTAKA

Arifin M dan Barnawi, “Manajemen Sarana & Prasarana Sekolah“ ,Tahun 2012,Jogjakarta : Ar Ruzz Media.
Avi Hofstein2004. “The Laboratory in Chemistry Education: Thirty years of Experience with Developments, Implementation, and Research”. Laboratory and Practical Work. Volume 5 Nomer 3: 247-264
Bajovic, Rizzo and Joe Engemann. 2009. “Character Education Re-conceptualized for Practical Implementacion”.  Canadian Journal of Educational Administration and Policy. Issue #92: 1-23.
Dickey, J. L., dkk. 2000.  Effective methods of training biology laboratory teaching assistants II: Preparing TAs to be effective in the laboratory. Halaman 295-309,  dalamTesisstudies for laboratory teaching, Volume 22: 295-309.
Djukri, 2007.Hand out “Pengembangan Laboratorium IPA”. Universitas Negeri Yogyakarta.
Harsono. 2008.  Mmodel-model Pengelolaan Perguruan Tinggi (Perspektif Sosiologis). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hendro Kusumo. 2009.  Bagaimana Bekerja di Laboratorium. Klaten.Intan Pariwara.
Jack Tessier. 2010. “An Inquiry-Based Biology Laboratory Improves Preservice Elementary Teachers’ Attitudes About Science”.  Journal of Collage Science Teaching. Delhi. 84-90.
Jascha Silbermann. 2010.  Information Management in the Molecular Biology Lab: Wiki and LIMS. Berlin. 
Kadarohman Asep, (2007).  Manajemen Laboratorium IPA. Jakatra: Departemen Agama Republik Indonesia.
Miles, Matthew B and Huberman, A.  Michael. 1992.  Qualitative Data Analysis. Sage Publication.  Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi Rosidi.Tahun 2009. Jakarta: Universitas Indonesia Perss.
Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Peneitian Kualitatif. Bandung: Rosda.
MW Tibbets, dkk. 2006. “Total Quality Managenent in Clinical Virology Laboratories”.  Indian journal of Medical Microbiology.volume 24. Nomer 4: 258-262.
Reiandi,2007.PengelolaanLaboratorium:http://www.scribd.com/doc/40401930/Pengelolaan-Laboratorium.
Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Sradley, James P. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Sutama. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R & D. Surakarta. Fairuz Media.
Wildan, Yatim, 2007. Kamus Biologi. Jakarta: Yayasan Obor.
             
              



  



  


 



      


 




1 komentar:

  1. LuckyClub Casino Site & Casino Review
    Welcome to LuckyClub Casino. It was created to provide a great experience for punters to enjoy online gambling and casino games. It is the first online  Rating: 4.3 · ‎Review by luckyclub.live LuckyClub.

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.